Pengamat Jagokan P1NTAR Menangi Pilkada Lutra

3 Pengamat Politik : Yunus, S.Pd, M.Si (kiri), Drs. Syahiruddin Syah, M.Si (tengah) dan Harla Ratda, SH, MH (kanan)
PALOPO – Pengamat politik di Kota Palopo rupanya mencermati terus perkembangan Pilkada di Luwu Utara yang semakin hari semakin memanas. Dua kubu yang bersaing merebut mahkota singgasana Simpurusiang, tempat Bupati dan Wakil Bupati kelak bertahta, adalah pasangan nomor urut 1 Indah-Tahar menghadapi seterunya pasangan nomor 2, Arjuna-Rahim.

Pengamat Politik Drs. Syahiruddin Syah, M.Si, Dosen tetap Fisipol Universitas Andi Djemma lewat saluran telepon Minggu, (22/11), dengan redaksi Deteksi mengungkapkan, konstalasi politik di Luwu Utara cukup berimbang. Namun setelah Arifin Junaidi (Arjuna) tidak lagi menjabat Bupati per tanggal 3 November 2015 lalu, posisi Indah Putri Indriani semakin melejit. Ia mengatakan kekuatan birokrasi kini berimbang bahkan berbalik arah, mulai banyak yang bersimpati ke pasangan Indah-Tahar.

“Pasca Arjuna tidak lagi menjabat, saya melihat Indah semakin kencang, dukungan banyak mengalir kepada dia, apalagi isu-isu yang dilancarkan lawannya tidak signifikan,” ujar dosen yang akrab disapa Pak Eko ini.

Ia menambahkan, daerah yang berpotensi menjadi basis kemenangan Indah Putri Indriani adalah Bone-bone dan Sukamaju yang kemarin sempat terjadi kerusuhan dan berhasil di mediasi oleh Indah yang waktu itu berperan sebagai Wakil Bupati Luwu Utara. Peran Indah, sebut pengamat ini mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat yang merasakan sentuhan tangan dingin Indah dalam menyelesaikan berbagai sengketa di tengah-tengah masyarakat.

MONEY POLITIC
Menurut Eko, peran “politik uang” masih mendominasi dan menjadi faktor penentu kemenangan di Pilkada manapun di Indonesia. “Indonesia belum waktunya menerapakan sistem demokrasi terbuka. Uang adalah faktor penentu kemenangan karena Negara kita masih dalam tataran negara berkembang. Faktor ekonomi membuat demokrasi kita sulit untuk maju dan bisa menyamai demokrasi di Negara maju,” paparnya lagi. “Masalah ketokohan dan figur itu masih menjadi nomor yang ke sekian, yang nomor satu adalah masalah uang, jadi jangan harap demokrasi kita akan tumbuh berkembang selama pertumbuhan ekonomi terutama di desa-desa masih belum merata,” pungkasnya.

Sementara itu pengamat politik, Yunus, S.Pd, M.Si secara terpisah mengungkapkan masalah money politic harusnya menjadi perhatian semua pihak. Ia menandaskan, jika ada kandidat yang menghamburkan uangnya maka patut dicurigai ketika ia menjabat maka cara-cara kotor akan dilakukannya untuk mengembalikan uang yang sudah ia dan donaturnya keluarkan. “rakyat semakin pintar, lebih baik ambil saja uangnya tapi dia jangan dipilih, supaya kandidat tersebut kapok dan jadi pelajaran bagi kedewasaan berpolitik masyarakat Luwu Utara,” urainya.

Menurut Yunus, kans Indah-Tahar untuk menang terbuka lebar. “Ini masalah garis tangan, belum ada yang bisa disebut “manassa”, semua masih rahasia Ilahi, semua berpeluang menang, tetapi saya melihat untuk Luwu Utara jika ingin perubahan, maka harus segera ganti baju, ganti kepemimpinan, hanya itu cara agar rakyat lebih sejahtera,” jelasnya lagi.

Terkait adanya guru-guru yang mengikuti Porda PGRI di Bantaeng yang memakai kaos Arjuna dan di posting di media sosial, menurut dia adalah hal yang melanggar aturan. “itu tidak dibenarkan, yang jelas itu pelanggaran dan harus ditindak tegas, guru adalah PNS, meskipun ia memiliki hak politik untuk memilih akan tetapi jika berkampanye dengan menunjukkan seragam kandidat tertentu lewat media sosial  maka bisa masuk ranah hukum,” tambah Tokoh Pendidikan Kota Palopo ini.

Mengenai survey yang banyak beredar di masyarakat, menurut Yunus, masih belum bisa dijadikan patokan. Apalagi jika ditengarai hanya merupakan pesanan pihak tertentu yang memiliki kepentingan. “jarang ada survey yang bisa benar-benar murni dan independent, semua memiliki kepentingan didalamnya, sehingga hasilnya pun diragukan,” kuncinya.

Senada dengan Yunus, Dosen Unanda yang juga mahasiswa Pasca Sarjana UNM Studi Administrasi dan Kebijakan Publik, Drs. Syahiruddin Syah, M.Si, juga memiliki pandangan yang sama. Menurutnya, hanya lembaga independent yang dibiayai oleh pihak ketiga yang netral yang layak untuk dipercaya dalam mengadakan survey, mengingat besarnya dana yang dibutuhkan untuk melakukan riset di lapangan. “saya tidak percaya survey yang berdasarkan pesanan pihak yang berkepentingan dalam hasil survey itu, “75% hasil survey hanya untuk menyenangkan si pemesan” tandasnya.

Sementara itu Harla Ratda, SH, MH, Dosen Fakultas Hukum Unanda, secara terpisah kepada DETEKSI News mengungkapkan perebutan kursi di Luwu Utara bakal seru dan hasil akhirnya cukup imbang. “Kalo melihat realitas politik, kabinet yang ada di birokrasi Lutra masih dikuasai orang-orang nomor 2 (Arjuna, red), jadi yang namanya politik balas budi tidak bisa dielakkan,” tandasnya.

“tapi yang namanya politik kita tidak tahu strategi apa yang bakal dilakukan pasangan nomor satu (Indah, red) untuk meredam itu. Yang jelas keduanya sama-sama berpeluang,” tambahnya lagi. Harla meyakini perolehan suara akan beda tipis sekitar 1 digit saja. “saya rasa dibawah 10 persen selisihnya nanti, antara 6 sampai 9%,” kuncinya.(Iccank)

Lebih Lengkap Baca : Tabloid DETEKSI edisi 421



Share this

Related Posts

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
$-)
(y)
(f)
x-)
(k)
(h)
cheer

Cerdas, Bersahaja dan Relijius

Cerdas, Bersahaja dan Relijius