![]() |
Armin Mustamin Toputiri - getty images |
Kisruh tarik tambang, upaya pemalakan saham PT Freeford yang ramai
diplesetkan dengan istilah “Papa Minta Saham”, sampai saat ini belum juga
mereda, tapi kini muncul lagi kisruh baru yang juga mulai ramai dibincangkan
dengan plesetkan “Papa Minta Heli”. Plesetan itu berasal dari rencana
pemerintah melalui TNI Angkatan Udara (AU) akan membeli helikopter mewah
sebagai tunggangan baru bagi Presiden dan Wakil Pesiden RI, serta tamu negara.
Dikutip dari rakyatsulsel, rencana pembelian helikopter VVIP jenis Agusta Westland AW-101 dimaksud, adalah
untuk mengganti jenis helikopter Superpuma yang dioperasikan oleh Skuadron 17
VIP AU dimana selama ini bemarkas di Pangkalan Udara Utama Perdanakusuma,
Jakarta Timur. Jenis AW-101 diproduksi oleh perusahaan kejasama Inggris dan
Italia, sementara berjenis Superpuma adalah rakitan buatan perusahaan nasional,
yakni oleh PT Dirgantara Indonesia di Bandung.
Helikopter jenis Agusta Westland AW-101, memang diakui sangat
mewah tetapi jenis yang ini hanya empat Kepala Negara yang menggunakan, yaitu
Nigeia, Saudi Arabia, Algeia, dan Turkmenitsan. Sementara jenis Superpuma yang
dikenal kehandalannya, justru digunakan oleh 32 Kepala Negara. Pemerintah
Amerika Serikat sendiri pernah memesan jenis AW-101 lalu dibatalkan. Sama
halnya dengan pemerintah India yang kemudian berujung korupsi.
Lalu apa pertimbangan Kepala Staf AU,Marsekal TNI Agus Supriatna
tetap saja ngotot ingin membeli helikoper jenis AW-101 yang harganya sungguh
sangat mahal itu, apalagi kondisi perekonomian Indonesia masih sedang carut
marut. Sederhana saja alasan Agus Supriatna, TNI AU ingin kenyamanan dan
keselamatan petinggi negara terjaga dengan baik. Lebih dari itu, kelak TNI AU
tidak ingin disalahkan seperti pengadaan alutsista periode sebelumnya.
Jika karena demi kenyamanan dan keselamatan petinggi negara
terjaga baik, semua pihak pasti sepakat. Tapi kenapa TNI AU tidak memesan saja
buatan PT Dirgantara Indonesia jenis Superpuma EC-225, selain dikenal handal
juga harganya murah. Tapi Agus Supriatna malah balik menuding, jika PT
Dirgantara Indonesia belum mampu memproduksi alutsista udara. Bahkan menyebut
perusahaan nasional itu tidak mampu membuat sayap pesawat terbang.
Namun seandainya Kepala Staf TNI AU itu tetap bertahan pada
sikapnya, maka dirinya bakal berhadapan UU 16 Tahun 2012, tentang Industri
Pertahanan, yang mana mengatur bahwa tidak dibenarkan membeli peralatan utama
dari luar negeri, jika dalam negeri sudah mampu membuatnya. Dan PT Dirgantara
Indonesia sendiri menyatakan kesanggupan memproduksi Superpuma EC-225 yang bisa
menyamai kemewahan jenis Agusta Westland AW-101.
Kalaupun juga jika dalih Kepala Staf TNI AU untuk kenyamanan,
serta keselamatan petinggi negara, Pesiden RI, Joko Widodo sendiri yang
sedianya akan menggunakan helikoper jenis itu untuk blusukan ke daerah, telah
menyampaikan bahwa dirinya lebih mengutamakan helikopter produk hasil karya
anak bangsa sendiri. Lalu untuk apa dan buat siapa lagi AW-101 yang mahal itu,
tetap bertahan hendak dibeli. Buktinya, “Papa Tak Minta Heli” kan?.(RS/Widi)