Hal ini diungkap Yusuf Gelong, Kadis Kehutanan & Perekebunan (Dishutbun) Torut diruang kerjanya (01/03/2016). Ia menuturkan dari segi aroma dan cita rasa kopi kita urutan kedua terbaik dunia diluar dari tata cara kelola (produksi) kita masih lemah karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM).
Di Sulsel sendiri, khususnya Toraja Utara mampu menghasilkan rata-rata produksi kopi hingga 4.468,83 ton per bulan dari jumlah petani kopi Se -Toraja Utara tani 21.545, kata Yusuf.
Menurut Yusuf Gelong kondisi geografis dan iklim turut mempengaruhi kembangbiak kopi seperti untuk Robusta sendiri ditanam pada ketinggian k.l 900 meter dari permukaan laut sedangkan Arabika ditanam pada ketinggian diatas 900 meter semakin dingin kondisi iklim tanam kopi maka semakin baik pula kopi yang dihasilkan karena kandungan glester yang menempel pada kopi tersebut, jelas Kadishutbun Torut ini.
Di Toraja Utara sendiri ada dua pabrik kopi yang tergolong besar yakni Pabrik milik PT Sulotco Jaya Abadi dan PT Toarco Jaya.
Dari segi nilai jual tentu kopi Arabika lebih diatas dibanding robusta sebab kandungan asam, aroma, rasa yang lebih menggugah selera sehingga kopi arabika lebih banyak diminati kalangan elite dibanding kopi robusta yang memiliki rasa sama, namun segi aroma dan cita rasa arabika lebih baik.
Kisaran harga pun beranekaragam, untuk kopi Arabika dibandol sebesar Rp.150.000/kg dan kopi robusta Rp. 65.000/kg namun kisaran harga dapat berubah tergantung dari distributornya dan biaya produksinya.(Basry Budi / Editor : Iccank)