Analisa Pilkada Lutra
Oleh
Iccank Razcal
Membaca makna dibalik kehadiran Sang Komandan, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, ke Kawasan Seko, sebuah dataran tinggi di Kabupaten Luwu Utara baru-baru ini patut untuk kita kaji dan cermati. Analisa ini disusun berdasarkan asumsi pribadi penulis yang independent dan bebas nilai dari pengaruh dua kandidat yang sedang bertarung di Pilkada Luwu Utara (Lutra).
Meningginya suhu
politik sejak rencana kehadiran SYL dan pasca kedatangannya dengan embel-embel
sebagai unsur Pemerintah Propinsi bukan sebagai pribadi atau sebagai Ketua DPD
Partai Golkar Sulsel, tentulah itu merupakan sikap kenegarawanan seorang SYL yang sedang diuji. Dan alhamdulillah beliau berhasil menempatkan diri pada posisi “netral” meski
kedatangannya ke Bumi Sawerigading disikapi oleh masing-masing tim penggembira kandidat menurut tafsirnya
masing-masing. Sebuah blunder manakala sms seorang SYL dipublish seolah-olah
salah satu kandidat sudah mendapat restu. Hal yang konon membuat SYL marah
besar waktu itu.
SYL memang magnet yang
memiliki peran strategis dalam memuluskan seorang kandidat menjadi Bupati di
daerah manapun di Sulsel ini. Kharisma yang dimiliki, kemampuan manajerial dan dukungan
finansial, inilah 3 faktor utama kenapa SYL selalu jadi bahan rebutan.
Arifin Junaidi, sang bupati
yang juga Ketua DPC Partai Golkar seharusnya lebih mendapat advantage atas
kehadiran orang nomor satu di Sulsel ini. Akan tetapi “keuntungan politis” atas
kehadiran SYL kurang bisa dimaksimalkan oleh dirinya serta Tim Pemenangannya. Terbukti
dengan gagalnya rencana konsolidasi Partai Golkar yang sejak awal sudah dengan
rapih dipersiapkan. Ini bukti kuat jika gaya komunikasi Arjuna dan tim, belum
sejalan dan seirama dengan Sang Komandan.
Beredar rumor, jika hati
kecil SYL lebih memilih Indah Putri Indriani dengan dalih survey internal
Partai Golkar waktu itu menunjukkan jika lebih dari 60% suara menginginkan
wanita belia ini menjadi orang nomor 1 di Luwu Utara. Sementara sang atasan,
Arifin Junaidi merosot dan bersaing peringkatnya dengan Arsyad Kasmar yang pada
waktu itu, juga ikut di survey Partai Golkar.
Rumor ini beredar luas dan
disimpan dalam hati sang Komandan. Itulah sebabnya, saat detik-detik akhir
pendaftaran di KPU Lutra nama Arjuna di Partai Golkar kubu Agung Laksono nyaris
tidak ada. Bahkan di Partai Golkar Kubu Aburizal Bakrie, masih terkesan
malu-malu kucing. Tarik ulur kepentingan di partai yang kini pecah menjadi dua
kelompok ini membuat nama Arifin Junaidi seolah tenggelam dan jadi dilematis di mata sang Ketua DPD Partai
Golkar Sulsel. SYL pun kemudian meminta banyak masukan dari tokoh-tokoh Luwu Raya
tentang siapa yang lebih pantas untuk diberi peluang.
Kebimbangan Sang Komandan
ini pun dimanfaatkan oleh kubu Indah Putri Indriani. Melalui pendekatan
intensif, akhirnya SYL memberi sinyal positif bagi Indah agar bersiap-siap
menggantikan Arifin Junaidi. Kabarnya, SYL mengirimkan pesan singkat agar Indah
juga ikut mendampingi dirinya ke Seko saat kunjungan kerja, 12-13 September
2015 kemarin. Sesuatu yang kemudian dibantah oleh Tim Arjuna. Padahal, saat
itu, ada info A1 yang mengatakan, jika Indah hendak ditugaskan menghadiri
sebuah acara di Australia bersama komandan selama seminggu. Tentu ini juga
bagian dari strategi politik “mengucilkan” sang pesaing.
Hubungan antara SYL , Arjuna
dan Indah Putri Indriani nampaknya memasuki wilayah remang-remang. Publik
disuguhkan teka-teki siapakah sebenarnya kandidat yang dikehendaki SYL? Bahasa
dan isyarat politik pasca kehadirannya di Lutra mungkin bisa mempertegas, jika
sang Komandan sebenarnya telah berpihak pada sang seteru Arjuna. Bermain di dua
kaki, tentu bukanlah ciri khas Syahrul Yasin Limpo. Namun dalam politik semua
kemungkinan tidak bisa dipungkiri.
Apakah soal faktor
elektabilitas Indah yang jauh mengungguli Arjuna? Tentu bukan hanya itu.
Politik adalah kepentingan. Dan kepentingan terbesar SYL saat ini adalah
menyukseskan sekaligus mengamankan program sang atasan (baca : Wapres Jusuf
Kalla) yang sedang bermasalah di beberapa tempat termasuk program energy
listrik dia di Seko dan Poso.
Perjalanan menuju 9 Desember
2015 masih cukup panjang. Masih 83 hari lagi. Cuaca masih bisa dengan cepat
berubah. Arjuna masih punya cukup waktu memperbaiki gaya komunikasinya pada
rakyat. Serta Indah Putri Indriani diyakini masih bisa membuat “blunder” baru
dalam konstalasi politik di Lutra. Rakyat Luwu Utara juga masih bisa
menimbang-nimbang dengan hati nurani, plus minus kedua tokoh yang bersaing dimana mereka berdua bukanlah orang baru. Mereka berdua masih menjabat sebagai bupati dan wakil
bupati. Rakyat di Lutra pasti lebih tahu soal kemampuan dan isi jeroan kedua
kandidat ini. Wallahu alam.(*)
2 komentar
komentarkeren! jadi Ibu Indah yg terbaik nih sekarang utk Lutra?
Replykeren! jadi Ibu Indah yg terbaik nih sekarang utk Lutra?
Reply