Herman Neizer, Boss CRC yang Sukses Garap Angka-Angka

Tahun 2003, namanya tidak familiar di Sulsel. Padahal saat itu, ia tercatat sebagai Koordinator Lembaga Survei Indonesia (LSI) Area Sulsel, Sulbar, dan Sultra. Kini sosoknya tak asing di kalangan politisi. Herman Heizer tercatat sebagai Direktur Eksekutif Celebes Research Centre (CRC).

Setelah berkiprah di LSI selama kurang lebih delapan tahun, Herman mendirikan lembaga survei sendiri. Sebuah lembaga survei kebijakan publik dan konsultan pemenangan pilkada.

"Kalau di LSI kerjanya A sampai Z, saya hanya menghandle A sampai C. Sisanya diselesaikan teman- teman yang lain. Kalau di CRC, saya terlibat mulai dari merancang survei, presentasi, hingga kerja- kerja taktis," kata Herman di Makassar, Rabu (17/10/12).

Alumnus Ponpes As'adiyah Sengkang, Kabupaten Wajo, ini, memilih keluar dari comfort zone (zona nyaman) di LSI. Padahal pendapatan di LSI melimpah. Suka-duka menggeluti statistik pernah dilewatinya. Angka-angka yang dihasilkan saat presentasi di depan klien tidak diperoleh dengan mudah.

Kualitas surveyor dan metodologi yang digunakan bukan pekerjaan ringan. Integritas peneliti sangat menentukan kualitas angka. Masih terbayang dalam ingatannya, tahun 2006 lalu, ia menyusun 20 proposal survei popularitas dan diajukan kepada calon kliennya.

"Saya naik motor membawakan proposal calon klien. Banyak yang menanggapi, tapi tak ada satu pun yang sampai pada tahap deal," ujar ayah seorang putri ini tersenyum.

Memasarkan angka-angka ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Suami Neng Syamsiah ini pun mengubah metode pendekatan terhadap klien. Sebelumnya, ia memasarkan langsung LSI kepada klien. Keterbatasan waktu klien yang rata-rata sangat sibuk ternyata menjadi kelemahannya.

Herman memilih cara lain. Sebelum presentasi proposal ke klien, ia mencari orang kepercayaan kliennya.Terhadap orang kepercayaan ini, ia menyakinkan pentingnya merekam pendapat publik sebelum memutuskan maju di sebuah perhelatan politik.

Mulailah ia keluar masuk warung kopi di Makassar. Misinya mencari orang kepercayaan klien. Dengan metode ini, LSI pun mendapat banyak order. LSI masuk di Sulsel November 2003 lalu. LSI melakukan survei merekam pendapat publik soal kualitas demokrasi, pilihan partai politik, dan pemetaan calon presiden jelang 2004.

Membentuk tim survei yang dapat dipercaya termasuk salah satu tantangan pekerjaan ini. "Saya pernah bekerja hingga malam takbiran jelang Lebaran di pelosok desa. Dari 16 desa yang jadi sampel, delapan desa bermasalah. Terpaksa saya turun sendiri melakukan wawancara," kisahnya.

Kualitas survei menjadi salah satu fokusnya. Surveyor yang dinilai meragukan setelah spot check tidak ditolerirnya. "Lama-kelamaan terbentuk tim survei yang solid," ujarnya.

Titik nadir kariernya usai Pilgub Sulsel 2007 silam. Alumnus UIN Syarief Hidayatullah Jakarta ini memutuskan berhenti dari profesinya sebagai peneliti. Barang-barangnya di Makassar dikepak.

Pasalnya, kliennya saat itu, Amin Syam-Mansyur Ramli kalah dari pesaingnya Syahrul Yasin Limpo- Agus Arifin Nu'mang. Padahal survei pertama hingga ketiga, Amin masih memimpin jauh atas Syahrul-Agus. Popularitas Amin melorot tiga bulan jelang pilgub.

Herman sebagai penanggungjawab merasa gagal mengomunikasikan hasil survei kepada Amin dan tim pemenangannya. LSI hanya fokus pada survei dan presentasi dan memberi rekomendasi. Herman menyampaikan pengunduran diri kepada Direktur Eksekutif LSI, Saiful Mujani, dan berpikir mencari pekerjaan lain di Jakarta.

Namun tiga hari setelah mengundurkan diri, Herman kaget. Ia kebanjiran order dari sejumlah kepala daerah di Sulsel menjelang Pilkada 2008. Mayoritas kliennya dari Partai Golkar. Di antaranya Idris Galigo (Bone), Walahuddin Habib (Sidrap), La Tinro La Tunrung (Enrekang), Zain Katoe (Parepare), Basmin Mattayang (Luwu), hingga Tenriajeng (Palopo). Ada yang gagal di pilkada, tapi lebih banyak yang berhasil.

"Tahun 2008 sudah mulai tren survei menjadi kebutuhan politisi sebelum maju di pemilihan langsung," ujar pria kelahiran 7 Juni 1979 ini.

Namun kerja-kerja di LSI sebatas merekam pendapat publik dan memberi rekomendasi.Ini juga salah satu alasan memilih hengkang dari LSI. Herman ingin terlibat jauh dengan menjadi konsultan. Hal yang ditabukan di LSI.

Per 1 Januari 2012, Herman dan rekan-rekannya mendirikan Celebes Research Centre.

"Pak Saeful Mujani justeru gembira kalau ada temannya yang berhasil mendirikan lembaga survei," komentarnya mengenai pendapat mentornya Saeful Mujani.

Bersama lembaga barunya, Herman baru dua kali menggelar hitung cepat (quick count). Pertama di Kolaka Utara dan terakhir Pilkada Takalar. Hasilnya, CRC tercatat sebagai lembaga hitung cepat dengan presisi paling akurat dibanding lembaga survei yang ada. Herman mantap menggeluti angka- angka ini.(tribuntimur/foto: antara)

Share this

Related Posts

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
:-?
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
$-)
(y)
(f)
x-)
(k)
(h)
cheer

Cerdas, Bersahaja dan Relijius

Cerdas, Bersahaja dan Relijius